Monday, May 30, 2016

Berburu Tiket Murah




Sering gw ditanya, kok bisa sih gw lumayan sering traveling? Gaji lo nggak ada abisnya ya? Huahaha, tentu tidak sodara-sodara. Gw lumayan sering traveling, iya. Duit gw nggak ada abisnya? Aelah, cuma kacung kampret... buruh korporat, mana banyak sih gajinya. Alhamdulillah aja, selalu cukup. 


Nah, gimana ceritanya bisa sering jalan-jalan? Atur budget! Sebagai anak ekonomi, bukan hal yang susah buat bikin budget. Yang susah adalah gimana caranya biar bisa tetep ngikutin budget yang sudah dibuat. 

Biasanya, 2 pos yang paling makan budget traveling adalah Transportasi dan Akomodasi. Sisanya bisa diatur. Untuk Transportasi yang paling mahal biasanya adalah transport dari dan ke kota tinggal kita. Trus, gimana cara ngaturnya? Simple, cari tiket yang paling optimal! Optimal tidak selalu sama dengan paling murah. Ya kalau kebetulan yang paling murah itu juga optimal, ya alhamdulillah. Kenapa harus optimal dan bukan yang paling murah? 

Banyak yang harus dipertimbangkan dalam pembelian tiket pesawat.
1. Jenis penerbangan : full board atau tidak. Maksudnya apakah tiket pesawat sudah termasuk makanan dan minuman selama perjalanan. Ini terutama harus dipikirkan untuk penerbangan jarak jauh (di atas 5 jam, kalau menurut standar gw). Iya sih, maskapai yang tidak full board sering menjual makanan juga, tapi harganya bikin meringis cui... Seringkali gak seimbang dengan kualitas/rasa yang kita peroleh. Ya iya sih, kita bisa aja ngebekel kalau nggak mau boros. Tapi repot yaaa. 
2. Bagasi : bagi yang bisa dan biasa traveling dengan cabin baggage allowance (antara 7 sampai 10 kg, tergantung maskapainya), hal ini gak perlu jadi pertimbangan. Tapi buat yang gak bisa, dengan berbagai alasan kayak travelingnya lumayan lama, perjalanannya pas musim dingin yang butuh baju tebel atau memang suka ganti-ganti baju, ya bagasi ini perlu banget dijadiin pertimbangan. Budget airlines biasanya gak menyediakan check in baggage secara cuma-cuma. Nah, harga bagasi yang harus dibayar ini yang harus diperhitungkan juga.
3. Total jam perjalanan. Maksudnya, harus diperhitungkan mengenai jam total perjalanan yang harus ditempuh untuk mencapai tempat tujuan, termasuk total jam transit. Tentu kita nggak mau buang-buang waktu 40 jam untuk perjalanan dari Jakarta ke Paris misalnya, padahal jarak itu bisa ditempuh dengan 17 jam saja. Ini sangat penting terutama buat yang waktu cutinya terbatas. Hal ini tentu saja nggak berlaku buat yang punya waktu banyak atau memang berniat sekalian mengeksplore kota transitnya.
4. Jam keberangkatan dan jam kedatangan. Untuk penerbangan dengan keberangkatan dan kedatangan lewat tengah malam sampai pagi buta, dimana kendaraan umum sudah tidak beroperasi dan mengharuskan kita untuk naik taksi ke/dari bandara, maka kita harus memperhitungkan pula biaya ini. Ya, kecuali kalau memang nginep di bandara nggak jadi masalah buat kita.
5. Lokasi bandara. Budget airlines seringkali menggunakan bandara yang berbeda dan lumayan jauh dari kota. Misalnya saja Ryanair yang menggunakan bandara Beauvais (sekitar 1 jam dari Paris) dan bandara Girona (1,5 jam dari Barcelona). Otomatis hal ini akan membutuhkan waktu dan biaya lebih untuk mencapai bandara yang harus diperhitungkan juga.
6. Kota kedatangan dan kota keberangkatan. Maksudnya apa? Jika memang berniat untuk berkeliling, usahakan untuk tidak datang dan pulang dari kota yang sama. Hal ini akan lebih menghemat waktu dan tenaga. Misalnya datang di Paris dan balik ke Indonesia dari Madrid atau Roma.

Nah, setelah tahu faktor-faktor yang harus dipertimbangkan apa langkah selanjutnya? Mulailah membandingkan harga tiket. Biasanya gw pake beberapa web untuk mencari data dan membandingkan. Antara lain kayak.com dan skyscanner.com. Untuk penerbangan lokal gw juga sering pakai traveloka.com, tiket.com atau nusatrip.com. Kenapa? Karena travel online lokal ini sering memberikan potongan/diskon yang lumayan mengurangi uang yang harus gw keluarin.

Ada hal yang harus diperhatikan soal skyscanner dan kayak. Kedua web ini seringkali tidak memasukkan opsi budget airlines. Misalnya saja, untuk beberapa rute penerbangan di Eropa mereka tidak memasukkan Ryanair dalam hasil search mereka. Jadi untuk memastikan apakah harga tersebut memang yang sudah paling optimal kita tetap harus membandingkan dengan harga yang ada di website airlines secara langsung.

Jangan malas untuk membandingkan hasil pencarian dari 1 web dengan web lain. Dan jangan lupa untuk mencoba berbagai variasi tanggal dan hari. Normalnya, terbang di hari kerja di tengah minggu harganya akan lebih murah dibandingkan dengan terbang pada weekend. Kalau misalnya harganya masih lumayan mahal, jangan buru-buru dieksekusi. Airlines sering memberikan diskon, kok. Tunggu aja. Biasanya airlines akan bikin diskon antara 6 bulan sampai 3 bulan sebelum tanggal keberangkatan. Gimana caranya biar nggak ketinggalan acara diskon ini? Langganan newsletter airlines atau langganan notifikasi dari kayak. Setiap ada perubahan harga pada rute dan tanggal yang kita pilih, kayak akan memberikan informasi via email atau via apps (jika kita download).

Jangan ragu juga untuk mencoba alternatif kota keberangkatan. Kenapa? Setelah seringkali membandingkan, penerbangan jarak jauh yang berangkat dari Singapore atau Kuala Lumpur selalu jauh lebih murah dibandingkan dengan jika berangkat langsung dari Jakarta. Tanya kenapa? Entahlah. Nah, untuk lebih menghemat lagi, jangan ragu juga untuk mencoba variasi multicity seperti yang ada di poin 6. Misalnya saja rute KUL-CDG dan MAD-CGK, atau rute SIN-AMS dan FCO-CGK. Percayalah, harganya sering lebih murah.

Tapi sampai harga berapa sih murah itu? Sebagai gambaran, untuk penerbangan April, Mei 2016 Qatar Airways sempet memberi harga 400 USD untuk rute KUL-AMS, FCO-CGK. Murah kaan?

Setelah dapat tanggal dengan harga paling optimal, ada satu langkah penghematan lagi yang harus dilakukan. Coba bandingkan harga dengan travel agent online lokal seperti airpaz atau via. Lha kenapa? Ini terkait dengan mata uang yang harus kita bayarkan. Untuk pembelian berdasar referal dari kayak atau skyscanner biasanya ngelinknya ke website airlines langsung atau ke travel agent luar dengan mata uang asing (USD, CAD, SGD, MYR atau Euro). Nah, jika pembayaran menggunakan kartu kredit biasanya kartu kredit akan mencharge dengan kurs yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan travel agent lokal yang diwajibkan mencharge dan menerima pembayaran dalam bentuk rupiah. Coba hitung-hitung aja selisih kursnya yaa.

Nah, tunggu apa lagi? Selamat mencoba dan happy hunting and traveling.

Thursday, March 12, 2015

Yay!

Yay, beneran yay! Udah hampir setahun gak posting! Parah amat yak? Setahun ngapain aja? Err, gak ngapa-ngapain jg sih. Cm lagi seneng posting foto di instagram. Janji deh dalam bulan ini bakal posting cerita soal Paris. 

Untuk sementara check my pic in instagram @kridameita :) 

Monday, April 21, 2014

Berburu Jaket buat Musim Semi (Spring)



"Suhunya sudah mulai hangat kok. Jadi nggak usah kuatir," begitu kata teman yang tinggal di Paris.
"Waaah, asik dong. Nggak usah bawa jaket. Lumayan, ngurangin bawaan."
"Ya masih harus bawa jaket laah."
"Lho? Emang hangat suhunya berapa sik?"
"13 derajat celcius."
Gubrak! Yang bener aja 13 derajat dibilang hangat? Secara gw anak Indonesia... Yang sudah terbiasa dengan matahari obral diskon ala Jakarta... Disuruh ngadepin 13 derajat? Jiper laaah! Di kantor yang suhunya dipasang 18-22 derajat aja gw pake jaket, apalagi 13 derajat. Pake bonus angin pula...

Akhirnya dengan berat hati (karena nambah budget lagi), gw meniatkan untuk membeli jaket tebal. Nggak setebel jaket buat ngadepin salju sih, yang penting bisa jadi senjata buat ngadepin 13 derajat plus angin tadi. Target perburuan pertama: Mal Ambasador dan ITC Kuningan.


Berdasarkan ingatan, ada beberapa FO dan toko yang khusus menjual jaket tebal di situ. Namun setelah muter-muter di beberapa FO ternyata nggak ada yang cocok jaketnya. Apalagi setelah muter di toko-toko di ITC, wuiiiih bikin gondok aja. Masa jaket-jaket Made in China/Korea yang entah mereknya apa dan bahannya parah gila dibandrol paling murah 600 ribu? Adalagi 1 toko yang dengan semangat 45 nawarin jaket (kayaknya American Eagle atau Aeropostale) dengan harga 1,7 juta. Whaaaat? Dengan manisnya dia bilang, sisa ekspor lho Mbak... Ada lagi light coat yang di toko online dihargain 150rb (yang gw gak bisa beli karena masalah ukuran) disitu ditawarin dengan harga 750rb dooong. Ish, bikin emosi. Daripada ngeluarin duit segitu beli barang gak jelas, mending gw sekalian ke Zara ato Berskha deh. 


Setelah muter-muter di ITC, bisa diambil kesimpulan. Harga jaket tebel di situ (buat Fall atopun Winter) sama sekali gak sepadan dengan produk yang ditawarkan. Mungkin asumsi mereka, orang yang mau pergi ke negara 4 musim pasti orang berduit kali ya? Nggak tau apa ya masih banyak traveler kere (macam saya ini) hehehehe.

Lalu melipirlah kami ke mall sebelahnya. Kuningan City, berharap ada jaket-jaket lucu di Pull & Bear atau di toko outdoor di lantai 3. Pull & Bear lagi nggak punya jaket tebel. Hmm, mungkin gw lagi salah musim belanjanya. Di toko outdoor di lt 3 banyak jaket sih (macam North Face gitu). Tapi harganya sama sekali nggak bohong ya boo... Meringis doang gw di situ, secara masih harus mikirin Euro yang naeknya bikin degdegan mulu.
Trus liat coat di factory storenya M&S. Kegedean aja gitu. Ish, jadi terharu... Masih banyak baju yang kegedean hahahaha

Nyaris putus asa. Pas temen nyaranin buat liat-liat di Pasar Senen, langsung gw iyain aja. Hmm, iya sih... Kalo gak salah ada banyak juga tuh kios-kios baju second di Senen yang jual jaket-jaket tebel juga. Nggak ada salahnya buat dilihat. Tapi belum sempet nyamperin Senen, ada yang ngajakin ke FO di daerah SCBD.

Pas berangkat rada ragu sih. Masa iya di situ ada jaket tebel? Tapi begitu naek ke lantai 2 FO Warehouse itu, langsung terharulah gw ngeliat deretan jaket tsakep-tsakep dengan ketebalan bervariasi. Lebih terharu lagi pas ngeliatin price tag-nya. Sumpah, gak bikin sakit hati. Harga jaketnya antara 180rb - 700rban (tuuuh kan, gak ada yang sampe 1,7 hahaha). Jaket Iguana yang seri water apaa gitu (asli tsakep dan anget, cocok buat winter) dibandrol sekitar 550rban. Jaket panjang (semi coat) St. Oliver warna hijau army dijual 300rban. I was smiling ear to ear.

Setelah nyobain banyak jaket, dengan bahan dan model macem-macem, akhirnya pilihan jatuh ke American Eagle kotak-kotak warna light blue/abu-abu. Harganya? Masih sangat masuk akal. 359rb saja. Alhamdulillah... Gak harus kedinginan sepanjang perjalanan nanti :)