Tuesday, July 18, 2006

Night Journey 1


Pernah jalan ke pasar waktu tengah malam? Mungkin gak banyak deh yang pernah melakukannya. Tapi sekali-sekali dicoba gak dosa, kok. Seperti yang gw lakuin minggu lalu. Bareng ama temen kos yang lagi kumat isengnya kita menjelajahi pasar Palmerah. Hampir jam 12 malem, lho. Dan yang ada di sana bener-bener di luar dugaan gw. Gw mengira bakal ketemu dengan kios-kios kosong, dengan para pedagang yang tiduran kecapean setelah
seharian beraktifitas sambil menunggu datangnya pembeli di pagi hari. Salah besar!

Menjelang tengah malam gitu mereka malah baru mulai menurunkan sayur dari truk, menata kios, merapikan ikatan selada, ngobrolin bola sambil menghisap rokok. Dan sumpah, sama sekali jauh dari image serem pasar yang gw bayangin. Nuansa akrabnya itu lho... :) Waktu gw bilang gitu temen gw cm komentar "Jangan-jangan lo reinkarnasi dari pedagang sayur..." waks, kurang azar!

Yang jelas gw menemukan nuansa berbeda dari yang biasa gw hadapi. Semua komunitas lain. Yah sekalipun sama-sama cari duit di Jakarta, tapi cara mereka beda. Dan jujur saja, gw masih sedikit kesulitan mendeskripsikan dimana letak perbedaan itu secara pasti.
Trenyuh, itu yang pertama gw rasakan ketika melihat seorang bapak penjual sere (bukan sirih, lho. Ini bumbu dapur yang biasa dipakai buat campuran soto). Dia jual seikat sere-nya dengan harga seribu. Seiketnya gedenya sekitar dua genggam tangan kalo disatukan gitu. Se-ri-bu! Kebayang gak sih? Padahal dia datang jauh-jauh dari Rangkasbitung dengan membawa dua karung sere. Dengan harga segitu, paling-paling dia cuma bakal dapet di bawah seratus ribu. Itu termasuk modal... Dan perih, itu yang gw rasakan. Sampai sekarang...

No comments:

Post a Comment