Monday, May 04, 2009

Sok Beranalisa


"Bagaimana seseorang dibesarkan akan sangat berpengaruh terhadap bagaimana cara seseorang itu berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain."

Kayaknya gw harus setuju dengan pernyataan itu. Beberapa kali mencoba 'melihat' orang sesuai dengan statement itu, ternyata banyak benernya. Pertanyaannya adalah bagaimana dengan gw? Kalo gw sendiri yang menganalisa rasanya kok gak obyektif. Mau nanya orang lain, kok masih nggak pd. Takutnya kalo nanti hasil analisanya seperti ini: "Lo dibesarin di tengah keluarga yang suka boong ya? Mereka pasti sering muji-muji lo, bilang lo pinter, cakep, fotogenik padahal sih aslinya enggak. Makanya lonya sekarang sok keren, sok pinter dan kelewat narsis." hehehehe.

Analisa gw dong.... Plisss!

8 comments:

  1. salam kenal :D
    setuju juga dengan pendapat itu....
    kalo gw ya gw....heheh
    be ur self lah

    ReplyDelete
  2. setuju bro....
    seseorang dibesarkan dimulai dari dalam keluarganya....

    ReplyDelete
  3. @ bro-bro di atas. Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan jejak. Yep, gw emang gw, hehehe

    ReplyDelete
  4. anda orang yang punya PRINSIP

    ReplyDelete
  5. Makasih Met kenal aja ya..

    ReplyDelete
  6. salam kenal from ibra
    lo punya bahasa enak gue baca

    ReplyDelete
  7. kadang orang meng-analisa kadang juga tidak meng-analisa alias langsung hatam.. ;)

    ReplyDelete
  8. Karena saya baru pertama kali menjejakkan diri ke sini (hohoho..) jadinya saya belum bisa menganalisa si Mba Itong nih, hehehe. :D

    Setujuuuu dengan kuotasi paragraf pertama di atas yang nyebutin "cara komunikasi/interaksi seseorang itu dipengaruhi oleh bagaimana cara dia dibesarkan". Itu betul, meski tentunya tidak melulu 100% kebenarannya. Karena kemampuan komunikasi/interaksi seseorang itu bisa juga dipengaruhi oleh faktor dengan siapa dia bersosial/bergaul di luar lingkungan keluarganya. :D

    Bicara soal analisa, memang haruslah objektif. Dan yang menarik a/ saat kita menganalisa sebuah contoh kebiasaan keluarga yang sering bilang "kamu cakap, kamu pintar, kamu bla-bla-bla" seperti yang disebutin di atas itu. Walaupun (memang) ucapan tsb sebenarnya dipandang "bohong" dan tidak objektif, tapi bijaknya ya kita sikapi saja dengan memaknainya bahwa ucapan-ucapan itu semata-mata hanya ditujukan sebagai bentuk pemberian support-psikologis u/ anggota keluarganya. Sebab, rasanya masa iya sih si ortu atau si kakak (taruh lah karena saking objektifnya) mereka tega bilang ke si ade, "De, kamu bod*h banget sih? Masak 1+1 saja sama dengan 3? Udah bodoh, jorok lagi! Gimana mau cakep/cantik kalau jorok! Mau jadi apa kamu kedepan nanti?!" [wallahualam..] Hihihi. :D

    Nice article to read.
    Lam kenal. :D

    ReplyDelete